Support

translation-not-found[author]

Admin

admin

Siap Tidak Siap, AFTA 2015 Tetap Berjalan

Menyambut ASEAN Free Trade Area yang akan masuk ke Indonesia pada 2015, para pemain ecommerce tanah air diharapkan siap untuk menyambutnya dan dapat bersaing dengan negara-negara pemain ecommerce lainnya di Asia. Walaupun Indonesia masih merupakan negara berkembang, persiapan dalam menyambut AFTA dinilai sangat antusias.

Dalam rangka menyambut datangnya AFTA ini, Asosiasi Ecommerce Indonesia (idEA) menggelar seminar bertajuk “Ecommerce Indonesia Menuju AFTA 2015: Strategi Bersaing di Pasar Global”, Kamis, 4 Desember 2014 bertempat di Intercontinental Hotel, Jakarta. Dalam seminar ini, hadir pembicara dari Google, Fedex, Hijup.com, Adobe, Faspay, SAS Indonesia, Nurbaya Initiative, serta pelaku UKM online seperti, Auliajati.com dan President Furniture.

Seminar Ecommerce Indonesia Menuju AFTA 2015 diadakan dalam upaya untuk mensosialisasikan kepada masyarakat ekonomi khususnya pelaku online tentang bagaimana strategi yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Selain itu, AFTA juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan Asia Pasifik serta menjadikan kawasan ASEAN sebagai bisnis produksi dan pasar regional.

Modal Indonesia dalam AFTA sudah banyak ditemukan di Indonesia, salah satunya Usaha Kecil Menengah. Ketua Dewan Pembina idEA, Hendrik Tio, mengatakan bahwa UKM yang biasanya bergerak di bidang kerajinan tangan dan industri rumah yang sederhana merupakan perbedaan antara negara lain dengan negara kita.

“Tapi, hal itu bukanlah masalah. Walaupun di negara kita banyak usaha kecil yang sederhana, maka biarkan itu menjadi kuat di negara kita. Jangan sampai karena AFTA, justru negara lain yang mengklaim terhadap kerajinan-kerajinan kita.” Jelas Hendrik Tio.

Hendrik menilai, AFTA sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk menyiapkan diri agar kuat. “Jadi, tidak hanya menjadi tuan rumah sendiri, tetapi kita juga dapat mengeksplor dan bermain di kawasan Asia Pasifik. Itulah peran dari pemerintah, peran dari Asosiasi idEA yang mewadahi semuanya, dan juga pemain serta pelaku bisnis bagaimana bisa berkarya dan bekerja bersama-sama.” Tambah Hendrik Tio.

Kasubdit Masyarakat Ekonomi ASEAN I Kementrian Perdagangan RI, Ali Akbar, menjelaskan bahwa ada tiga pilar yang berkaitan dengan AFTA. Pilar pertama dari AFTA yaitu single market and production base, dimana terjadi penurunan tarif atau liberalisasi tarif untuk barang, jasa, dan investasi. Pilar kedua yaitu masalah peraturan-peraturan yang akan memberikan daya saing, transparasi, dan terkait dengan perlindungan konsumen. Pada pilar ini, ecommerce berperan sebagai target para leaders di ASEAN untuk membangunnya. Pilar ketiga yaitu UMKM. ASEAN saat ini sedang membangun inkubator wirausaha dimana masing-masing negara mengeluarkan Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri terkait dengan UMKM.

Sementara itu, dilihat dari sudut pandang pelaku UKM online, Ponco Suhirno (President Furniture) mengatakan bahwa ada kekhawatiran saat Indonesia mulai bergabung di AFTA 2015 mendatang.

“Jujur saja, jika ada orang-orang dari Asia membuka perusahaan furniture di Indonesia dan mereka investasi besar berupa mesin, sementara saya masih pakai pengrajin, saya khawatir. Mereka dengan modal besar, mendatangkan langsung mesin dari negaranya. Saat datang ke Indonesia, mereka langsung membeli stok kayu dan kita bisa saja kehabisan. Selain itu, kesusahan mencari tenaga kerja juga akan menjadi masalah baru. Jika mereka datang dan membuat perusahaan di Indonesia, terus terang kita takut. Takut karyawan ketarik.” Jelas Ponco.

Namun, untuk menutupi rasa kekhawatiran, Ponco menilai optimis bahwa orang Indonesia sangat pintar untuk memodifikasi sesuatu dari yang buruk menjadi keuntungan dengan cara berinovasi.

Dengan masuknya AFTA, diharapkan makin banyak peluang bagi pemain-pemain e-commerce untuk mengekspos perusahaan mereka ke global dan mempersiapkan diri karena pasar dan peluang menjadi lebih luas. Pelaku online harus dapat menyesuaikan apa yang dibutuhkan oleh pasar bebas ASEAN demi terciptanya masyarakat ekonomi ASEAN yang mampu bersaing menjual produk-produk bermutu tinggi.