Support
Support
Daniel Tumiwa : Investor Asing Yang Memutuskan Multiply Tutup
Di tengah industri e-commerce Indonesia sedang tumbuh pesat, munculnya fenomena ditutupnya Multiply Indonesia per tanggal 6 Mei 2013 lalu, harus diakui cukup mengejutkan banyak pihak. Bahkan, kejutan itu juga terasa di Asia Tenggara, karena seperti kita ketahui MIH/Naspers, selaku investor Multiply juga membuka cabang di Filipina. Tapi, harus dipahami bahwa ditutupnya Multiply ini tidak serta merta menandakan industri e-commerce Indonesia lesu.
Berdasarkan pernyataan resmi dari Multiply, Stefan Magdalinski, CEO Multiply yang dikutip dari DailySocial, mengatakan bahwa Multiply diperkirakan tidak akan bisa mencapai posisi terdepan di industri e-commerce dengan model bisnis yang berkesinambungan. Karena itulah mereka (Para Investor Multiply) memutuskan untuk menutup kegiatan usaha mereka itu, baik di Indonesia maupun di Filipina.
“Kurang lebih 1 tahun lalu, tim lokal Multiply diberikan tugas sangat berat, yaitu untuk merubah total model bisnis Multiply dari jejaring sosial ke situs e-commerce,” jelas Stefan Magdalinski, CEO Multiply. “Setelah berusaha sangat keras, kami terpaksa mengakui bahwa kami tidak berhasil melakukannya. Saya sangat menghargai tim saya untuk segala jerih payah dan kegigihannya, walaupun hasil akhirnya bukan yang kami inginkan,” tambahnya.
Menurut Daniel Tumiwa, Ex Multiply Indonesia Country Manager, pada dasarnya bisnis di Multiply berjalan dengan lancar dan sehat, mulai dari transisi platform lama hingga sekarang. “Kami berhasil meyakinkan merchant yang masih suka transfer untuk ikut cara pembayaran yang baru dan KPI kami tercapai semua,” ujarnya.
Bahkan menurutnya, di enam bulan pertama transaksi di Multiply sudah mencapai 600-700 transaksi. “Di kami ada 1000 – 2000 merchant yang aktif dan dalam sebulan bisa menghasilkan omzet Rp 2-3 miliar,” ungkapnya. Selain itu, Daniel juga mengungkapkan bahwa Multiply merupakan pemegang jumlah transaksi e-commerce paling tinggi di BCA.
Jadi, sebenarnya bisnis berjalan cukup baik di multiply. Hanya saja menurut Daniel, ditutupnya Multiply itu murni merupakan keputusan para investor Multiply di luar negeri. “Pada dasarnya, bisnis Multiply itu berjalan baik. Ibaratnya ada pada kecepatan 30-40 Km/Jam dan itu cukup potensial. Tapi, investor kami di luar negeri menganggap yang sebaliknya,” jelasnya.
Secara pribadi, Daniel mengatakan jika ia menjadi investor Multiply, ia pun akan melakukan hal yang sama. Hanya saja Daniel menyayangkan tidak dilibatkannya pihak dari Indonesia dalam mendiskusikan masalah sebenarnnya. “Sayangnya, “kepala-kepala” nya itu bukan orang Indonesia. Jadi, pasarnya (letak masalah) di mana, sementara “kepala” yang menyelesaikannya di mana,” keluhnya.
Padahal, Daniel yakin bahwa Multiply seharusnya bisa terus berjalan jika saja orang Indonesia diberikan kesempatan untuk membenahi apa yang menurut para investor masih kurang. Daniel menegaskan, ditutupnya Multiply bukan berarti model Marketplace tidak lagi potensial. Menurutnya, Marketplace masih relevan di Indonesia. Tinggal bagaimana para pelaku bisnis mengelolanya dengan baik.
translation-not-found[latest_article_public]